Kegiatan bercanda dan bermain sering kali dianggap sebagai aktivitas ringan yang hanya bertujuan untuk mengisi waktu. Namun, di balik keceriaan tersebut, terdapat manfaat besar bagi perkembangan anak. Dalam konteks pendidikan, bermain dan bercanda memiliki peranan yang signifikan.
Menurut Dr. Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia yang dikenal dengan teorinya tentang perkembangan anak, bermain adalah cara utama anak-anak belajar. Melalui permainan, mereka tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar berinteraksi dengan orang lain, memahami aturan, serta mengembangkan kreativitas dan imajinasi.
Dalam konteks Islam, Rasulullah ﷺ sering meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadith dari sahabat Abu Hurairah RA
"Rasulullah SAW menyukai permainan anak-anak dan kadang kala beliau berlari di antara mereka, menggoda dan bercanda."
HR. Ahmad
Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk terlibat dan berinteraksi dengan anak-anak dalam suasana yang ceria.
Permainan sering kali melibatkan interaksi dengan orang lain. Ini membantu anak-anak belajar bagaimana berkolaborasi, berbagi, dan menyelesaikan konflik. Keterampilan sosial ini sangat penting untuk kesehatan mental dan emosional anak.
Kegiatan bermain merangsang otak anak untuk berpikir kritis dan kreatif. Misalnya, ketika anak bermain permainan strategi, mereka belajar merencanakan dan memecahkan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa bermain dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir logis anak.
Banyak aktivitas bermain melibatkan gerakan fisik, seperti berlari, melompat, atau menggambar. Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar. Menurut American Academy of Pediatrics, aktivitas fisik yang cukup dapat mendukung pertumbuhan fisik dan kesehatan anak secara keseluruhan.
Melalui permainan, anak-anak dapat belajar tentang nilai-nilai moral seperti kejujuran, kerja sama, dan empati. Dengan mengaitkan nilai-nilai ini pada aktivitas bermain, seperti menyelesaikan masalah bersama atau berbagi mainan, orang tua dapat membantu anak memahami konsep-konsep tersebut secara lebih mendalam.
Bermain dapat menjadi momen yang baik untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat bermain peran, Ayah Bunda bisa mengajak anak-anak untuk bermain sebagai tokoh-tokoh dalam sejarah Islam. Ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan mereka tentang identitas dan akhlak yang baik.
Kegiatan bercanda dan bermain memiliki dampak yang jauh lebih dalam daripada sekadar hiburan. Dengan memahami manfaatnya, Ayah Bunda dapat menggunakan waktu bermain sebagai bagian penting dari pendidikan anak. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan pendekatan pendidikan yang efektif, Ayah Bunda dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi dunia.